Berbagai Peralatan Pertukangan

Kayu Akasia: Alternatif Pengganti Jati




Kayu Akasia

Dalam satu dasawarsa terakhir, penggunaan kayu Akasia dalam industri mebel di Indonesia mengalami peningkatan cukup pesat bila dibandingkan dengan penggunaan kayu Jati sebagai bahan utama pembuatan mebel.

Hal ini disebabkan kelangkaan ketersediaan kayu Jati sebagai bahan baku mebel berkualitas tinggi akibat dari pembalakan liar dan tingginya permintaan pasar, sehingga harga kayu Jati pun semakin melambung. Walaupun dalam segi kualitas masih di bawah mutu kayu Jati, namun kayu ini memiliki banyak keistimewaan yang dapat diandalkan para pengusaha industri mebel untuk tetap mempertahankan kualitas produk mereka.
Sekilas Mengenai Akasia

Acacia Mangium merupakan jenis tanaman kayu dari family fabeceae dan genus acacia. Secara etimologi Akasia diambil dari bahasa Yunani yang artinya duri, karena memang sebagian dari jenis tumbuhan ini merupakan tanaman berduri.

Tumbuhan ini pertama diketahui di benua Afrika dan diberi nama oleh Carl Linnaeus, seorang ahli taksonomi berkebangsaan Swedia di tahun 1773.

Dari sekitar seribu tiga ratus spesies pohon dan semak Akasia, beberapa di antaranya adalah penghasil kayu untuk digunakan sebagai bahan untuk perabotan, ornamen, lantai kayu, dan kertas. Kayu dari pohon ini unik karena daya tahannya yang lama, dan permukaan kayu yang mengkilap dengan corak yang beragam.

Salah satu jenis Akasia yang paling baik kualitasnya adalah blackwood Australia yang bisa tumbuh mencapai 45 meter. Selain dari kayu, bagian lain dari Akasia seperti akar, tunas, getah, dan bunga juga banyak digunakan untuk bahan makanan serta ramuan obat-obatan dan herbal. bahkan untuk bahan dasar parfum dan aromaterapi.

Pada zaman dahulu orang-orang Mesir menggunakan batang kayu dari Akasia untuk pembuatan peti mati karena keawetannya dan juga untuk perahu layar. Di Afrika Barat dan Utara, kayu Akasia merah dibakar dan arangnya digunakan untuk mencegah demam dan menyembuhkan sakit sendi. Sebagian besar jenis Akasia berasal dari Australia sementara yang lainnya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan sedang.

Keistimewaan Akasia

Banyak dari jenis kayu Akasia memiliki bau yang harum namun ada juga yang baunya seperti pesing. Motif batang kayunya pun sangat menarik sehingga sejak zaman dulu hingga sekarang kayu ini cukup dikenal ideal untuk perabot dan barang-barang mewah seperti lemari, pintu atau bahkan gitar.

Selain itu, bila dibandingkan dengan kayu mewah lainnya seperti kayu Jati, Akasia ini lebih mudah didapat dengan harga yang lebih terjangkau. Beberapa keistimewaan yang dimiliki kayu ini secara lebih rinci antara lain:

- Dari segi fisik kayu ini memiliki kemiripan dengan kayu jati yaitu dalam hal warna. Coklat untuk kayu gubal dan putih untuk kayu teras. Hal ini menjadi pertimbangan bagi banyak pengusaha mebel untuk menghemat production cost (biaya produksi). Dengan biaya yang lebih murah para perajin tetap dapat memproduksi dengan tampilan dan kualitas yang tidak begitu jauh dengan kayu Jati.

- Kayu Akasia adalah termasuk kayu keras yang tidak sulit dikerjakan, mudah dipotong, pengukirannya relatif mudah, dan hanya memerlukan waktu yang pendek dalam proses amplas. Berbagai jenis produk mebel dapat dibuat dari kayu ini baik yang ukiran ataupun nonukir meskipun penggunaanya terbatas hanya pada furniture dalam ruangan yang tidak terpengaruh langsung terhadap cuaca. Kayu ini rentan terhadap kondisi lembab dan sinar matahari sehingga kurang sesuai untuk bahan furniture di taman atau luar ruangan.

- Pertumbuhan kayu ini cenderung lebih singkat yaitu 8-10 tahun dibandingkan dengan jenis kayu lainnya misalnya kayu Jati yang memerlukan sekitar 25 tahun untuk dapat digunakan sebagai bahan baku produksi mebel. Iklim tropis Indonesia juga begitu mendukung kayu ini untuk dapat tumbuh dengan baik sehingga daur pertumbuhannya sangat cepat dan produksi lebih murah serta memilki daya saing yang tinggi.

- Tingkat keawetannya tidak begitu jauh dari kayu Jati. Kekuatannya pun cukup dapat disejajarkan. Dengan sifat penyusutannya yang besar, kayu ini mudah melengkung bila diletakkan di dalam tempat pengeringan (kiln dry) yang kurang sesuai. Namun hal ini juga menjadi salah satu keuntungan bagi para perajin karena memudahkan mereka untuk membentuk kayu sesuai dengan kreasi yang mereka inginkan.

- Dengan hasil yang bagus dan cukup halus, proses permesinan kayu ini tergolong mudah, memiliki daya ikat yang kuat terhadap paku dan sekrup serta daya rembes lem yang yang juga sangat baik (penetratif). Hal ini menyebabkan akasia baik untuk bahan produk flooring (lantai kayu) ataupun decking (dek pada kapal), perabotan semi outdoor (teras) dan dekorasi interior lainnya.

Indonesia sebagai negara dengan area hutan yang cukup luas memiliki prospek yang tinggi dalam sektor kehutanan dan industr permebelan. Namun, kemampuan Indonesia sebagai sumber produk berbahan kayu Akasia masih diragukan di pasar internsional.

Sebagai salah satu usaha mempertahankan industri permebelan dan memperkuat pangsa pasar, pada tahun 2006, Indonesia berhasil mendapat dukungan dari International Finance Corporation (IFC) berupa program bantuan untuk usaha kecil menengah.

Selanjutnya membawa salah satu badan usaha millik pemerintah Inhutani II mendapat keanggotaan dari WWF dalam programnya Global Forest and Trade. Dalam hal ini, Akasia adalah tanaman industri yang didukung pengembangannya untuk kemajuan permebelan di Indonesia.

Pusat hutan tanaman industri Akasia salah satunya berada di Pulau Kalimantan di bawah naungan perusahaan BUMN Inhutani II.

Dengan maraknya penggundulan hutan dan jumlah area hutan yang semakin berkurang hutan tanaman industri Akasia menjadi sebuah solusi alternatif bagi perbaikan hutan Indonesia karena sifat fisik yang baik dari akasia yang ramah lingkungan dan tidak memerlukan terlalu banyak waktu sejak  masa penanaman hingga cukup umur untuk penebangannya (layak tebang).

Dengan begitu usaha reboisasi dapat digalakkan dan mempertahankan kelestarian lingkungan beserta ekosistemnya. Hal itu cukup membantu Indonesia dalam mengatasi masalah deforestasi dan isu pemanasan global.

Selain itu, faktor-faktor seperti tingginya permintaan terhadap kayu Jati yang dianggap sebagai kayu berkualitas nomor satu, pembalakan, penjarahan dan pencurian kayu Jati yang menyebabkan terjadinya kelangkaan dan harganya yang semakin melambung maka diharapkan hutan industri Akasia dapat menjadi solusi alternatif bagi pengusaha dan perajin untuk mengatasi kesulitan penyediaan bahan baku industri mebel baik untuk produksi dalam negeri ataupun ekspor.

Dengan demikian ketergantungan terhadap bahan baku kayu Jati dapat berkurang dengan tetap menjaga kualitas produk. Dampaknya di kemudian hari diharapkan terjadi peningkatan taraf hidup para perajin secara khusus dan penghasilan masyarakat umumnya.

Lebih jauhnya dapat meningkatkan kepercayaan pasar dunia terhadap produk mebel Indonesia tentunya dengan disertai upaya-upaya peningkatan strategi usaha dalam industri mebel antara lain mengembangkan produk berdesain etnik dan khas yang banyak diminati pasar dalam negeri ataupun internasional, perbaikan mutu dan kecanggihan teknologi, memperluas jaringan investasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan lain-lain.